Senin, 21 April 2014

Cerita Lucu - Membawa Seekor Anjing Pelacak

Membawa Seekor Anjing Pelacak - Fred, prajurit satu begitu bertemu dengan Locke, prajurit dua segera berteriak: "Hai, sobat, aku baru saja membawa kembali seekor anjing pelacak, masak kamu tak ingin datang kemari main-main dengannya?" 

Locke: "Aku dengar dia bisa menggonggong tak habis-habisnya, suara gonggongannya sangat menusuk telinga dan garangnya bukan main, sangat tidak bersahabat. Sambil lalu aku ingin numpang tanya, apakah ia menggigit orang?" 

Fred: "Aku sekarang justru memanggilmu karena sedang mencari jawaban akan hal ini."

Cerita Lucu - Berpisah Karena Bunga Mawar

A: "Aku dengar kamu sekarang telah berpisah dengan cewekmu, benar ya?"
 
B: "Ya, ngga salah."
 
A: "Mengapa?"
 
B: "Pada suatu hari, aku telah menggendongnya dan meletakkannya di atas sebuah ranjang yang penuh dengan bunga mawar..."
 
A: "Lho, tindakanmu ini sangat romantis, bukan?
 
B: "Tetapi masalahnya ada pada aku sebelumnya telah lupa membuang duri-duri mawar itu."

Cerita Lucu - Memberi Jalan Kepada si Dungu

Memberi Jalan Kepada si Dungu - Suatu kali, Goethe, penyair terkenal Jerman, saat sedang jalan-jalan di dalam sebuah taman, kebetulan berpapasan dengan seorang kritikus di sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui oleh seorang saja. 

Kritikus itu berkata: "Aku selamanya tak mengasih jalan kepada si dungu!" 

Sambil mundur selangkah ke tepi jalan, Goethe berkata dengan tersenyum: "Aku justru sebaliknya."

Cerita Lucu - Kapan Bus akan Sampai

Bapak dan anak sedang berada di atas sebuah bus. 

Anak: "Pak, kapan bus kita ini akan sampai?" 

Bapak: "Kapan ia berhenti ya kapan sampai." 

Anak: "Lalu kapan busnya berhenti Pak?" 

Bapak: "Begitu sampai ia tentu segera berhenti."

Cerita Lucu - Petani dan Pelaut

Petani dan Pelaut - Seorang petani bertanya kepada seorang kelasi yang sedang siap untuk berlayar: 

"Dulu Bapakmu matinya di mana?"
"Ia telah gugur dengan gagah perwira di dalam suatu pertempuran laut."
"Lalu bagaimana dengan Kakekmu?"
"Ia juga telah gugur dengan gagah berani di dalam suatu perang laut."
"Lalu bagaimana dengan Moyangmu?"
"Ia telah tenggelam di tengah laut bersama dengan kapal perangnya."
"Kalau begitu, kenapa kamu masih mau menjadi seorang kelasi dan masih mau berlayar?
 

Kelasi itu tak menjawab secara langsung, melainkan berbalik menanya sang petani:
"Bapakmu di mana meninggalnya?"
"Ia meninggal di atas ranjang."
"Lalu bagaimana dengan kakekmu?"
"Sama halnya dengan Bapakku, ia juga meninggal di atas ranjang."
"Kalau begitu, kawanku," kata si kelasi: "mengapa setiap malam kamu masih mau tidur di atas ranjang?"